Rabu, 19 November 2025


MURIANEWS, Kudus – Sudah sepatutnya seorang Public Speaker harus bisa menguasai audiensnya dengan perkataannya. Membuat mereka memahami apa yang diomongkan adalah hal wajib dalam hal ini.

Namun, ada sejumlah hal yang kadang membuat nilai dari seorang public speaker berkurang. Satu di antaranya adalah seorang public speaker terlalu banyak berbicara.

Hal tersebut diungkapkan oleh Riska Zwestika, seorang public speaker dalam acara Growth With Communication Himakom x Ikakom Jurusan Ilmu Komunikasi UPN Veteran Yogyakarta, Minggu (6/2/2022) malam.

Baca juga: Dosen Komunikasi UPN Yogyakarta Masuk Top 5000 Scientists Indonesia

“Kadang ada seorang public speaker yang terlalu banyak omong sampai lupa memperhatikan audiensnya. Nah, ini yang harus dihindari karena nanti hanya akan terjadi komunikasi satu arah saja,” kata dia dalam zoom meeting.

Untuk mengatasi hal tersebut, lanjutnya, seorang public speaker juga harus belajar menjadi pendengar yang baik. Dalam hal ini, mereka harus pula mendengarkan audiensnya.

“Karena ini penting ya. Jadi, harus seimbang mana waktu kita berbicara, mana waktu kita mendengar, itu harus seimbang agar terjadi komunikasi dua arah yang baik,” imbuhnya.

Ketika komunikasi dua arah bisa diciptakan oleh seorang public speaker, maka terjadilah seni komunikasi yang serasi. Saling berinteraksi hingga akhirnya memperoleh kesepahaman bersama adalah goals dari komunikasi.“Komunikasi itu bisa dibilang seni, kita bisa berbicara, kita bisa meng-influence audiens kita, itu ya dari seni yang seorang public speaker ciptakan, tapi tentu semuanya tidak instan,” kata Riska yang juga seorang Head advisory and financial planning di Finansialku.com itu.Dia pun menyebut ada tiga faktor yang mempengaruhi seorang public speaker agar bisa menjadi seorang yang bisa memengaruhi audiensnya. Riska menyebut faktor tersebut adalah 3L.L yang pertama, adalah lahir atau faktor keturunan, L yang kedua adalah lingkungan, dan L yang ketiga adalah latihan.“Lahir atau keturunan, kalau kita biasanya cerewet dan banyak omong sudah itu tanda kita punya bakat. Bakat ini yang kemudian akan membawa kita ke lingkungan yang mendukung dan membentuk karakter di sana. Tentunya bila ingin semakin baik harus terus latihan, trial dan error hingga akhirnya lancar,” tandasnya. Reporter : Anggara JiwandhanaEditor: Zulkifli Fahmi

Baca Juga

Komentar

Terpopuler