Penulis Jurnal Jangan Lakukan Ini Kalau Nggak Mau Ditolak Editor
Anggara Jiwandhana
Sabtu, 12 Februari 2022 16:46:31
MURIANEWS, Kudus – Sejumlah kesalahan masih dilakukan penulis jurnal saat membuat karya ilmiah. Itu diungkapkan Ketua Umum Asosiasi Penerbit Jurnal Ilmu Komunikasi (APJIKI) Puji Lestari.
Puji Lestari yang juga Editor in Chief Jurnal Ilmu Komunikasi (JIK) Universitas Pembangunan Nasional (UPN) Veteran Yogyakarta mengatakan akibat kesalahan itu membuat jurnal mereka ditolak. Bahkan, tak jarang pula ada yang langsung mendapat penilaian jelek.
“Memang ada beberapa faktor yang tidak bisa ditoleransi saat mengedit sebuah jurnal. Kebanyakan, karena faktor si penelitinya,” ucap Puji dalam webinar Strategi Penulisan Artikel Ilmiah di Jurnal Ilmu Komunikasi yang Terakreditasi SINTA oleh Rumah Media, Sabtu (12/2/2022).
Baca juga: Pentingkah Dosen Menulis Jurnal? Ini Penjelasan Ketua APJIKISatu yang paling fatal adalah artikel tidak memenuhi persyaratan teknis. Ketika seperti ini terjadi, biasanya jurnal terkait akan langsung direject (ditolak).
“Ada yang karena tidak sesuai template jurnal, ada yang bahkan diduga menjiplak jurnal lainnya, dan bahasanya tidak diperhatikan, biasanya pakai bahasa gaul, ini yang pemula sering seperti ini,” ungkap Puji.
Kesalahan yang kedua adalah isi artikel tidak sesuai dengan cakupan jurnal. Puji mencontohkan seorang
penulis mengirimkan artikel jurnal ke Jurnal Ilmu Komunikasi, tetapi isi dari jurnalnya membahas pemasaran, maka tentu akan dilakukan penolakan.
“Ada juga yang artikel layaknya skripsi, jadi kutipan-kutipannya banyak tapi pembahasannya sedikit. Perlu diperhatikan bahwa jurnal ini bukan kliping, jadi tidak perlu banyak kutipan,” imbuhnya.Puji menambahkan bila pada kesalahan pertama dan kedua bisa terlewati, maka kesalahan satu ini bisa jadi alasan jurnal tersebut ditolak. Adalah artikel yang sulit dimengerti dan kesimpulan yang tidak bisa ditarik kesimpulannya.“Biasanya kalau seperti itu, artikelnya pasti membosankan, menggunakan teori-teori lama dan kuno sehingga harus ada catatan untuk pembaharuannya,” kata Puji.Walaupun begitu, dia mendorong agar semua dosen, terutama dosen ilmu komunikasi untuk menuliskan jurnal. Sampai saat ini sendiri, sudah ada 163 jurnal ilmu komunkasi yang telah terbit.“Jangan bangga mengajar di mana saja, namun banggalah ketika hasil penelitanmu ditulis di mana saja. Kalau menulis kan bisa jadi kenangan,” tandasnya. Reporter: Anggara JiwandhanaEditor: Zulkifli Fahmi
[caption id="attachment_271940" align="alignleft" width="1280"]

Ketua umum Asosiasi Penerbit Jurnal Ilmu Komunikasi (APJIKI) Puji Lestari (MURIANEWS/Anggara Jiwandhana)[/caption]
MURIANEWS, Kudus – Sejumlah kesalahan masih dilakukan penulis jurnal saat membuat karya ilmiah. Itu diungkapkan Ketua Umum Asosiasi Penerbit Jurnal Ilmu Komunikasi (APJIKI) Puji Lestari.
Puji Lestari yang juga Editor in Chief Jurnal Ilmu Komunikasi (JIK) Universitas Pembangunan Nasional (UPN) Veteran Yogyakarta mengatakan akibat kesalahan itu membuat jurnal mereka ditolak. Bahkan, tak jarang pula ada yang langsung mendapat penilaian jelek.
“Memang ada beberapa faktor yang tidak bisa ditoleransi saat mengedit sebuah jurnal. Kebanyakan, karena faktor si penelitinya,” ucap Puji dalam webinar Strategi Penulisan Artikel Ilmiah di Jurnal Ilmu Komunikasi yang Terakreditasi SINTA oleh Rumah Media, Sabtu (12/2/2022).
Baca juga: Pentingkah Dosen Menulis Jurnal? Ini Penjelasan Ketua APJIKI
Satu yang paling fatal adalah artikel tidak memenuhi persyaratan teknis. Ketika seperti ini terjadi, biasanya jurnal terkait akan langsung direject (ditolak).
“Ada yang karena tidak sesuai template jurnal, ada yang bahkan diduga menjiplak jurnal lainnya, dan bahasanya tidak diperhatikan, biasanya pakai bahasa gaul, ini yang pemula sering seperti ini,” ungkap Puji.
Kesalahan yang kedua adalah isi artikel tidak sesuai dengan cakupan jurnal. Puji mencontohkan seorang
penulis mengirimkan artikel jurnal ke Jurnal Ilmu Komunikasi, tetapi isi dari jurnalnya membahas pemasaran, maka tentu akan dilakukan penolakan.
“Ada juga yang artikel layaknya skripsi, jadi kutipan-kutipannya banyak tapi pembahasannya sedikit. Perlu diperhatikan bahwa jurnal ini bukan kliping, jadi tidak perlu banyak kutipan,” imbuhnya.
Puji menambahkan bila pada kesalahan pertama dan kedua bisa terlewati, maka kesalahan satu ini bisa jadi alasan jurnal tersebut ditolak. Adalah artikel yang sulit dimengerti dan kesimpulan yang tidak bisa ditarik kesimpulannya.
“Biasanya kalau seperti itu, artikelnya pasti membosankan, menggunakan teori-teori lama dan kuno sehingga harus ada catatan untuk pembaharuannya,” kata Puji.
Walaupun begitu, dia mendorong agar semua dosen, terutama dosen ilmu komunikasi untuk menuliskan jurnal. Sampai saat ini sendiri, sudah ada 163 jurnal ilmu komunkasi yang telah terbit.
“Jangan bangga mengajar di mana saja, namun banggalah ketika hasil penelitanmu ditulis di mana saja. Kalau menulis kan bisa jadi kenangan,” tandasnya.
Reporter: Anggara Jiwandhana
Editor: Zulkifli Fahmi