Ini Penyebab Pembagian Sembako Disabilitas Surabaya Ricuh
Murianews
Sabtu, 30 Oktober 2021 17:25:05
MURIANEWS, Surabaya – Pembagian sembako
disabilitas di Kota Surabaya ricuh. Kegiatan dalam rangka Hari Disabilitas Internaisonal itu ricuh sebelum pembagian dimulai.
Padahal, acara yang diselenggarakan Forum Komunikasi Difabel Indonesia (Forkodi) Kota Surabaya di sebuah rumah makan di Jalan Kaca Piring 11, Surabaya, Sabtu (30/10/2021) siang itu sendiri dihadiri Kapolrestabes Surabaya Kombes Achmad Yusep Gunawan.
Kericuhan itu dimulai dari adanya kelompok perkumpulan difabel Surabaya yang datang ke lokasi. Mereka menanyakan perihal tidak ada namanya di proposal permintaan bantuan.
Kelompok itu sendiri diketahui tidak diundang dalam acara pembagian bantuan sembako itu. Merasa dipojokan, pihak panitia dari Forkodi lantas mengacungkan jari dan menunjuk-nunjuk masa yang datang.
Baca juga:
Belum Dimulai, Pembagian Sembako Disabilitas Surabaya RicuhPertengkaran pun tak terhindarkan. Bahkan, salah satu difabel yang hadir sempat terjatuh karena tak sengaja terdorong.
Mengutip dari
Berita Jatim, salah satu anggota Perkumpulan Difabel Surabaya, Abdus Sakur menduga nama anggotanya dijual panitia untuk keuntungan pribadi.
Selain itu, pihaknya juga menyoroti nomor rekening yang tercantum dalam proposal merupakan nama pribadi dan bukan nama instansi.
“Data fiktif semua di sini itu, nama 85 orang di sini itu dicatut tanpa konfirmasi terlebih dahulu untuk menerima bantuan, selain itu nomor rekening yang tercantum kenapa nomor rekening EO. Nama pribadi lo itu harusnya kan nomor rekening organisasi,” ujarnya dengan nada tinggi.
Baca juga:
Pembagian Ribuan Ayam Gratis di Solo Ricuh, Warga Saling Serobot Tak Terkontrol
Tak hanya itu, beberapa anggota Perkumpulan Difabel Surabaya yang telah meninggal dunia juga turut dicantumkan sebagai penerima bantuan. Ada juga anggotanya yang terkena polio tetapi dalam catatan kebutuhan, ditulis panitia membutuhkan kaki palsu.“Ada dua orang yang sudah meninggal tapi namanya tetap ada. Ada yang terkena polio tapi ditulis membutuhkan kaki palsu. Apa harus dipotong dulu kakinya? Kejadian ini tak hanya sekali, sampai kapan nama temen-temen dijual?” tanyanya dengan nada tinggi.Ketua Forkodi Surabaya, Samsul Muarif pun menepis tuduhan itu. Dirinya mengaku telah melakukan pendataan dengan membentuk tim di lapangan.“Saya juga gak tau kok sampai mereka mengatakan data itu fiktif, karena ada orang yang melakukan pendataan jadi ya tidak ada data fiktif itu,” jelasnya.Disinggung soal anggota yang sudah meninggal tetapi masih saja tercantum mendapatkan bantuan, Samsul mengaku telah mengetahui hal tersebut. “Memang kemarin itu saudara kita itu ada yang meninggal. Memang itu kesalahan saya, data itu belum dihapus, hanya itu saja,” katanya berkelit.Ditanya soal nomor rekening yang tercantum dalam proposal menggunakan rekening pribadi, Samsul menjelaskan bahwa rekening organisasi saat ini dibekukan oleh bank karena organisasi mereka sempat vakum.“Jadi kemarin sempat dibekukan, karena saya pikir untuk kebaikan bersama kami dikejar waktu juga akhirnya ya pake rekening itu,” ujarnya. Penulis: Zulkifli FahmiEditor: Zulkifli FahmiSumber:
Berita Jatim
[caption id="attachment_249815" align="alignleft" width="1280"]

Pembagian Sembako Disabilitas Surabaya Ricuh. (Dok. Berita Jatim)[/caption]
MURIANEWS, Surabaya – Pembagian sembako
disabilitas di Kota Surabaya ricuh. Kegiatan dalam rangka Hari Disabilitas Internaisonal itu ricuh sebelum pembagian dimulai.
Padahal, acara yang diselenggarakan Forum Komunikasi Difabel Indonesia (Forkodi) Kota Surabaya di sebuah rumah makan di Jalan Kaca Piring 11, Surabaya, Sabtu (30/10/2021) siang itu sendiri dihadiri Kapolrestabes Surabaya Kombes Achmad Yusep Gunawan.
Kericuhan itu dimulai dari adanya kelompok perkumpulan difabel Surabaya yang datang ke lokasi. Mereka menanyakan perihal tidak ada namanya di proposal permintaan bantuan.
Kelompok itu sendiri diketahui tidak diundang dalam acara pembagian bantuan sembako itu. Merasa dipojokan, pihak panitia dari Forkodi lantas mengacungkan jari dan menunjuk-nunjuk masa yang datang.
Baca juga:
Belum Dimulai, Pembagian Sembako Disabilitas Surabaya Ricuh
Pertengkaran pun tak terhindarkan. Bahkan, salah satu difabel yang hadir sempat terjatuh karena tak sengaja terdorong.
Mengutip dari
Berita Jatim, salah satu anggota Perkumpulan Difabel Surabaya, Abdus Sakur menduga nama anggotanya dijual panitia untuk keuntungan pribadi.
Selain itu, pihaknya juga menyoroti nomor rekening yang tercantum dalam proposal merupakan nama pribadi dan bukan nama instansi.
“Data fiktif semua di sini itu, nama 85 orang di sini itu dicatut tanpa konfirmasi terlebih dahulu untuk menerima bantuan, selain itu nomor rekening yang tercantum kenapa nomor rekening EO. Nama pribadi lo itu harusnya kan nomor rekening organisasi,” ujarnya dengan nada tinggi.
Baca juga:
Pembagian Ribuan Ayam Gratis di Solo Ricuh, Warga Saling Serobot Tak Terkontrol
Tak hanya itu, beberapa anggota Perkumpulan Difabel Surabaya yang telah meninggal dunia juga turut dicantumkan sebagai penerima bantuan. Ada juga anggotanya yang terkena polio tetapi dalam catatan kebutuhan, ditulis panitia membutuhkan kaki palsu.
“Ada dua orang yang sudah meninggal tapi namanya tetap ada. Ada yang terkena polio tapi ditulis membutuhkan kaki palsu. Apa harus dipotong dulu kakinya? Kejadian ini tak hanya sekali, sampai kapan nama temen-temen dijual?” tanyanya dengan nada tinggi.
Ketua Forkodi Surabaya, Samsul Muarif pun menepis tuduhan itu. Dirinya mengaku telah melakukan pendataan dengan membentuk tim di lapangan.
“Saya juga gak tau kok sampai mereka mengatakan data itu fiktif, karena ada orang yang melakukan pendataan jadi ya tidak ada data fiktif itu,” jelasnya.
Disinggung soal anggota yang sudah meninggal tetapi masih saja tercantum mendapatkan bantuan, Samsul mengaku telah mengetahui hal tersebut. “Memang kemarin itu saudara kita itu ada yang meninggal. Memang itu kesalahan saya, data itu belum dihapus, hanya itu saja,” katanya berkelit.
Ditanya soal nomor rekening yang tercantum dalam proposal menggunakan rekening pribadi, Samsul menjelaskan bahwa rekening organisasi saat ini dibekukan oleh bank karena organisasi mereka sempat vakum.
“Jadi kemarin sempat dibekukan, karena saya pikir untuk kebaikan bersama kami dikejar waktu juga akhirnya ya pake rekening itu,” ujarnya.
Penulis: Zulkifli Fahmi
Editor: Zulkifli Fahmi
Sumber:
Berita Jatim