Rabu, 19 November 2025


MURIANEWS, Lumajang – Proses syuting sinetron di pengungsian korban bencana erupsi Semeru disesalkan warga dan para relawan. Ternyata kegiatan itu sudah mendapat persetujuan Bupati Lumajang namun belum berkoodinasi dengan Pusat Pengendalian Satgas Semeru.

Komandan Pusat Pengendalian Satgas Semeru, Mayor Inf Muhammad Tohir mengatakan koordinasi itu perlu dilakukan, sebab Gunung Semeru masih dalam status tanggap darurat bencana.

Kendati demikian, Verona Picture tidak berkoordinasi dengan Dansatgas terlebih dahulu. Mereka langsung menggelar syuting sinetron.

“Saya mendapat info syuting film mendapat acc Bupati Lumajang, tapi dengan catatan koordinasi dengan Dansatgas. Tapi yang bersangkutan belum berkoordinasi dengan saya. Dan ini prosedur yang disalahi oleh yang bersangkutan,” ujar Muhammad Tohir dikutip dari Detikcom, Kamis (23/12/2021).

Saat dikonfirmasi, Line Producer Verona Pictures, Dwi Eslogo hanya mengaku sudah mengajukan izin syuting. “Dalam pembuatan film ini kita sudah mengajukan kepada sejumlah pihak. Terutama izin kepada Bupati Lumajang,” ujar Dwi Eslogo.

Baca juga: Ngeselin! Lokasi Erupsi Semeru Dibuat Begini

Itu merupakan syuting sinetron Terpaksa Menikahi Tuan Muda (TMTM). Di lokasi terdampak erupsi Semeru, syuting berlangsung mulai Selasa (21/12/2021). Yakni, di posko pengungsian yang berada di Desa Penanggal, Kecamatan Candipuro, Lumajang.

Sebelumnya, dalam beberapa slide posting-an yang beredar di media sosial, ada ajakan untuk memboikot syuting sinetron yang dibintangi oleh Chris Laurent dan Alisia Rininta tersebut. Unggahan itu juga menampilkan adegan syuting yang dilakukan di depan umum dan disaksikan oleh warga.

Terpaksa Menikahi Tuan Muda merupakan sinetron garapan Verona Pictures yang tayang perdana pada 9 Agustus lalu. Sementara, erupsi besar Gunung Semeru terjadi pada Sabtu (4/12/2021). Hingga saat ini, ada puluhan korban yang ditemukan meninggal dunia, dan ada beberapa korban belum ditemukan.
Salah seorang warga, Najmudin mengaku miris dan menilai syuting di lokasi bencana kurang etis.“Menurut saya produksi film di lokasi bencana kurang etis, karena ini tempat pengungsian. Dan tempat bencana ketika dikomersilkan kan kurang bagus,” ujar Najmudin dikutip dari Detikcom, Kamis (23/12/2021).“Kecuali produksi film ada imfact kepada pengungsi. Seperti hasil dari produksi film untuk pembuatan hunian sementara atau rumah warga terdampak (erupsi Semeru),” imbuhnya.Seorang koordinator relawan, Sahabat Volunteer Semeru, Sukaryo mengaku sempat protes terkait syuting sinetron tersebut. Protes itu ia unggah di Instagram miliknya.Menurutnya, aktivitas syuting itu kurang empati terhadap korban erupsi Gunung Semeru. Dia menyebut memanfaatkan situasi bencana untuk kepentingan komersil itu tidak pantas. Apa lagi, masih banyak korban yang berduka hingga trauma usai kehilangan sanak saudaranya.“Bagi kita, ayolah siapapun itu kalau dia niatnya peduli jangan mengambil kesempatan dalam bencana. Entah itu untuk konten atau sesuatu yang nggak pantas. Sekarang yang kita pikirkan itu bagaimana masyarakat pulih dan kondisi di sana lebih baik,” tegasnya. Penulis: Zulkifli FahmiEditor: Zulkifli FahmiSumber: Detikcom

Baca Juga

Komentar

Terpopuler