Waspada! Kasus PMK di Lombok Meningkat

Murianews
Selasa, 31 Mei 2022 11:13:52


[caption id="attachment_292448" align="alignleft" width="880"]
Ternak sapi diperiksa apakah terpapar virus PMK atau tidak. (Murianews/Vega Ma’arijil Ula)[/caption]
MURIANEWS, Lombok – Kasus Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) pada hewan ternak di Kabupaten Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat (NTB) terus mengalami peningkatan. Bahkan hingga saat ini tercatat ada 2.035 kasus ternak yang terpapar penyakit tersebut.
Kepala Dinas Pertanian dan Peternakan Lombok Tengah Taufikurrahman mengatakan, peningkatan kasus PMK ini tergolong lebih cepat. Sebab, dalam kurun waktu sepekan, tercatat sudah ada 750 ternak yang terpapar PMK.
Dia menjelaskan, pada 24 Mei 2022 jumlah ternak yang terpapar PMK sebanyak 1.285 hewan. Sementara hingga 31 Mei ini bertambah menjadi 2.035 ternak.
"Iya sepekan ini meningkat 750 kasus, data 24 Mei kemarin 1.285 kasus, kini bertambah menjadi 2.035 kasus," ungkapnya, dikutip dari Kompas.com, Selasa (31/5/2022).
Kendati demikian, Taufik mengungkapkan bahwa tingkat persentase kesembuhan dari hewan terjangkit PMK mencapai 92 persen.
Baca: Duh, 46 Ternak di Demak Positif PMK
"Sampai hari ini yg masih sakit sejumlah 974 ekor, yang sudah sembuh 1.061 ekor. Kalau persentase berkisar 85-92 persen, tingkat kesembuhan sangat tinggi," kata Taufik.
Untuk tindakan, pihak Dinas Peternakan Lombok Tengah gencar melakukan pengobatan primer untuk memberikan vitamin kepada hewan yang terjangkit PMK tersebut.
"Kami masih dalam SOP penanganan awal, kita lakukan sekarang pengobatan infeksi sekunder, menguatkan tenaganya," kata Taufik.
Baca: Tiga Bagian Ternak yang Terpapar PMK Ini Jangan Dikonsumsi
Taufik mengimbau agar masyarakat membatasi atau mengisolasi hewan ternak yang terjangkit PMK dengan yang masih sehat. Selain itu, ia mengingatkan agar masyarakat tidak panik oleh hewan ternak yang terjangkit PMK hingga terpaksa menjual dengan harga murah.
"Ingat ini bisa disembuhkan, tingkat kesembuhan tinggi. Jadi warga jangan panik jual sapi dengan harga murah, mari kita atasi bersama PMK ini agar tidak terus menular," kata Taufik.
Penulis: Cholis Anwar
Editor: Cholis Anwar
Sumber: Kompas.com

MURIANEWS, Lombok – Kasus Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) pada hewan ternak di Kabupaten Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat (NTB) terus mengalami peningkatan. Bahkan hingga saat ini tercatat ada 2.035 kasus ternak yang terpapar penyakit tersebut.
Kepala Dinas Pertanian dan Peternakan Lombok Tengah Taufikurrahman mengatakan, peningkatan kasus PMK ini tergolong lebih cepat. Sebab, dalam kurun waktu sepekan, tercatat sudah ada 750 ternak yang terpapar PMK.
Dia menjelaskan, pada 24 Mei 2022 jumlah ternak yang terpapar PMK sebanyak 1.285 hewan. Sementara hingga 31 Mei ini bertambah menjadi 2.035 ternak.
"Iya sepekan ini meningkat 750 kasus, data 24 Mei kemarin 1.285 kasus, kini bertambah menjadi 2.035 kasus," ungkapnya, dikutip dari Kompas.com, Selasa (31/5/2022).
Kendati demikian, Taufik mengungkapkan bahwa tingkat persentase kesembuhan dari hewan terjangkit PMK mencapai 92 persen.
Baca: Duh, 46 Ternak di Demak Positif PMK
"Sampai hari ini yg masih sakit sejumlah 974 ekor, yang sudah sembuh 1.061 ekor. Kalau persentase berkisar 85-92 persen, tingkat kesembuhan sangat tinggi," kata Taufik.
Untuk tindakan, pihak Dinas Peternakan Lombok Tengah gencar melakukan pengobatan primer untuk memberikan vitamin kepada hewan yang terjangkit PMK tersebut.
"Kami masih dalam SOP penanganan awal, kita lakukan sekarang pengobatan infeksi sekunder, menguatkan tenaganya," kata Taufik.
Baca: Tiga Bagian Ternak yang Terpapar PMK Ini Jangan Dikonsumsi
Taufik mengimbau agar masyarakat membatasi atau mengisolasi hewan ternak yang terjangkit PMK dengan yang masih sehat. Selain itu, ia mengingatkan agar masyarakat tidak panik oleh hewan ternak yang terjangkit PMK hingga terpaksa menjual dengan harga murah.
"Ingat ini bisa disembuhkan, tingkat kesembuhan tinggi. Jadi warga jangan panik jual sapi dengan harga murah, mari kita atasi bersama PMK ini agar tidak terus menular," kata Taufik.
Penulis: Cholis Anwar
Editor: Cholis Anwar
Sumber: Kompas.com