Kamis, 20 November 2025


[caption id="attachment_271308" align="alignleft" width="1890"]Belasan Warga Gunungkidul Dipastikan Terjangkit Antraks Ilustrasi (pixabay.com)[/caption]

MURIANEWS, Gunungkidul- Belasan warga Kabupaten Gunungkidul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dinyatakan positif terjangkit antraks. Mereka yang terjangkit antraks ini adalah warga Kapanewon Gedangsari dan Ponjong.

Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Gunungkidul Dewi Irawaty mengatakan, ada 26 warga yang dites sampelnya untuk mengetahui penularan penyakit antraks. Dari 26 warga yang dites itu, 12 orang di antaranya dinyatakan positif antraks.

“Sudah keluar hasilnya dan memang ada belasan warga yang dinyatakan positif antraks,” ujar Dewi, seperti dikutip dari Solopos.com, Rabu (9/2/2022).

Baca juga: Antisipasi Antraks, Disnakkan Grobogan Tingkatkan Pengawasan Kesehatan Hewan

Dewi memastikan seluruh warga yang terjangkit antraks itu dalam keadaan baik dan saat ini berada di rumahnya masing-masing. Meski demikian, pihaknya terus melakukan upaya pengawasan dan pemantauan kondisi warga tersebut.

“Akan terus dipantau kesehatannya,” tegas Dewi.

Dewi menjelaskan antraks merupakan jenis penyakit zoonosis, yakni hanya menular dari hewan ke manusia, tidak antar-manusia. Oleh karenanya, masyarakat diminta untuk tidak panik karena upaya penangulangan terus dilakukan.

“Upaya pencegahan juga butuh partisipasi dari masyarakat. Salah satunya selektif memilih daging yang segar dan pastikan dari hewan yang sehat,” imbuh dia.

Sementara itu, Pelaksana Tugas Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Gunungkidul Kelik Yuniantoro mengatakan, upaya pencegahan penularan antarhewan terus dilakukan. Salah satunya memperluas jangkauan penyuntikan anti biotik untuk ternak warga.Dia mencontohkan, kasus penularan di Gedangsari terjadi di Dusun Jetis. Meski demikian, upaya penyuntikan dilakukan di sejumlah dusun mulai dari Jatibungkus, Ngasinan, Pace A dan Pace B.“Akan kami optimalkan agar penularan bisa ditekan,” katanya.Ia berharap, hewan ternak seperti sapi dan kambing dalam kondisi mati langsung dikuburkan. Hal ini dikarenakan risiko penularan antraks paling tinggi terjadi saat ternak sakit lalu disembelih. Kondisi tersebut menyebabkan bakteri antraks yang berdiam di darah akan kontak dengan udara dapat membentuk proteksi, sehingga lebih mudah menular.“Janga di-brandu dan lebih baik dikubur. Memang dengan brandu bisa meringankan pemilik karena uang yang diberikan, tapi risikonya berbahaya karena bisa menyebabkan penularan antraks,” katanya.Kelik menambahkan, saat sekarang sedang mempersiapkan kebijakan memberikan santunan ternak yang mati akibat antraks. “Masih dikaji dan mudah-mudahan segera ada payung hukumnya untuk pelaksanaan,” katanya.  Penulis: Dani AgusEditor: Dani AgusSumber: solopos.com

Baca Juga

Komentar

Terpopuler