Kelompok Pemuda Ini Raup Rp 50 Juta Per Bulan dari Ulat Magot
Murianews
Sabtu, 23 Juli 2022 22:02:39
MURIANEWS, Jember – Banyak orang yang merasa jijik ketika melihat ulat maggot yang berkembang biak di sampah-sampah rumah tangga. Bahkan tidak sedikit pula yang menganggap remeh namanya Maggot ini.
Namun, dengan keahlian khusus dan ketekunan yang ekstra, ulat maggot justru dapat menghasilkan pundi-pundi rupiah. Terlebih, saat ini ulat maggot banyak diburu oleh pecinta burung.
Seperti budidaya ulat maggot yang dilakukan oleh sekelompok pemuda di Kelurahan Baratan, Kecamatan Patrang, Kabupaten Jember, Jawa Timur, mereka mampu meraup penghasilan hingga Rp 50 juta per bulan.
Sebab, mulai dari telur hingga maggot dewasa, semuanya mempunyai nilai jual yang bebada. Selain itu, proses budidaya juga tidak mengeluarkan banyak biaya.
Baca: Keren! Bank Sampah Sukobubuk Pati Ini Olah Sampah Rumah Tangga untuk Budidaya MaggotSalah satu pembudidaya ulat Maggot di Jember Harry Bagoes Prasetyo mengatakan, telur ulat maggot berasal dari lalat tentara hitam atau black soldier fly (BSF), yang dikembangbiakkan dengan metode khusus.
Dari indukan lalat tentara hitam itu, pembudidaya bisa menghasilkan hingga 500 kilogram ulat maggot per hari.
“(Budidaya ulat maggot) sangat ekonomis, karena mulai dari telur hingga magot dewasa, semuanya mempunyai nilai jual,” katanya, dikutip dari
Kompas.com, Sabtu (23/7/2022).
Telur ulat maggot dijual dengan harga Rp 5.000 per gram, sedangkan ulat maggot dewasa dijual dengan harga Rp 7.000 per gram.
Sementara itu, sisa media pengembangbiakan dan kepompong ulat maggot masih bisa dimanfaatkan sebagai pupuk organik yang dijual dengan harga Rp 1.500."Secara ekonomis, semuanya dari lalat BSF ini tidak ada yang terbuang. Mulai dari telur, jelas memiliki nilai ekonomis, rentangnya adalah Rp 4.000 - Rp 5.000 per gram. Kemudian, ada fresh maggot (FM). Ini yang mungkin permintaan pasarnya sangat tinggi.Dalam membudidaya itu, pihaknya pun mempunyai target harian untuk bisa menjual baggot ke pelanggan.”Targetnya adalah 500 kg per hari produksi maggotnya," papar Harry.Menurutnya, ulat maggot dimanfaatkan untuk pakan ternak unggas, ikan, dan hingga campuran bahan kosmetik.Selain menjadi pakan ternak, ulat maggot bisa menjadi solusi untuk mengurangi sampah organik rumah tangga, seperti sampah sayuran dan buah-buahan.Ulat maggot juga dapat mengurai sampah organik menjadi pupuk kompos, dengan cara memakan sampah organik dan kotorannya menjadi pupuk kompos. Penulis: Cholis AnwarEditor: Cholis AnwarSumber: Kompas.com
[caption id="attachment_195892" align="alignleft" width="880"]

Ilustrasi Ulat Maggot (Murianews/Cholis Anwar)[/caption]
MURIANEWS, Jember – Banyak orang yang merasa jijik ketika melihat ulat maggot yang berkembang biak di sampah-sampah rumah tangga. Bahkan tidak sedikit pula yang menganggap remeh namanya Maggot ini.
Namun, dengan keahlian khusus dan ketekunan yang ekstra, ulat maggot justru dapat menghasilkan pundi-pundi rupiah. Terlebih, saat ini ulat maggot banyak diburu oleh pecinta burung.
Seperti budidaya ulat maggot yang dilakukan oleh sekelompok pemuda di Kelurahan Baratan, Kecamatan Patrang, Kabupaten Jember, Jawa Timur, mereka mampu meraup penghasilan hingga Rp 50 juta per bulan.
Sebab, mulai dari telur hingga maggot dewasa, semuanya mempunyai nilai jual yang bebada. Selain itu, proses budidaya juga tidak mengeluarkan banyak biaya.
Baca: Keren! Bank Sampah Sukobubuk Pati Ini Olah Sampah Rumah Tangga untuk Budidaya Maggot
Salah satu pembudidaya ulat Maggot di Jember Harry Bagoes Prasetyo mengatakan, telur ulat maggot berasal dari lalat tentara hitam atau black soldier fly (BSF), yang dikembangbiakkan dengan metode khusus.
Dari indukan lalat tentara hitam itu, pembudidaya bisa menghasilkan hingga 500 kilogram ulat maggot per hari.
“(Budidaya ulat maggot) sangat ekonomis, karena mulai dari telur hingga magot dewasa, semuanya mempunyai nilai jual,” katanya, dikutip dari
Kompas.com, Sabtu (23/7/2022).
Telur ulat maggot dijual dengan harga Rp 5.000 per gram, sedangkan ulat maggot dewasa dijual dengan harga Rp 7.000 per gram.
Sementara itu, sisa media pengembangbiakan dan kepompong ulat maggot masih bisa dimanfaatkan sebagai pupuk organik yang dijual dengan harga Rp 1.500.
"Secara ekonomis, semuanya dari lalat BSF ini tidak ada yang terbuang. Mulai dari telur, jelas memiliki nilai ekonomis, rentangnya adalah Rp 4.000 - Rp 5.000 per gram. Kemudian, ada fresh maggot (FM). Ini yang mungkin permintaan pasarnya sangat tinggi.
Dalam membudidaya itu, pihaknya pun mempunyai target harian untuk bisa menjual baggot ke pelanggan.
”Targetnya adalah 500 kg per hari produksi maggotnya," papar Harry.
Menurutnya, ulat maggot dimanfaatkan untuk pakan ternak unggas, ikan, dan hingga campuran bahan kosmetik.
Selain menjadi pakan ternak, ulat maggot bisa menjadi solusi untuk mengurangi sampah organik rumah tangga, seperti sampah sayuran dan buah-buahan.
Ulat maggot juga dapat mengurai sampah organik menjadi pupuk kompos, dengan cara memakan sampah organik dan kotorannya menjadi pupuk kompos.
Penulis: Cholis Anwar
Editor: Cholis Anwar
Sumber: Kompas.com